Parahnya,toxicrelationship sering lalu menjurus ke terjadinya kekerasan oleh salah satu pihak, baik itu dilakukan secara fisik, seksual, psikologis, atau finansial.KALMers pernah nggak sih melihat seseorang yang sedang menjalin hubungan tapi tidak bahagia atau justru merasa sengsara? Atau mungkin KALMers sendiri yang merasakannya? Wah jika seperti itu, KALMers mulai harus merenungkan apakah sedang terjebak dalam suatu toxic relationship.Dr. Asa Dan Brown menyebutkan bahwa pada dasarnya toxic relationship sendiri adalah sebuah hubungan apapun yang tidak menguntungkan untukmu atau pihak lainnya. Parahnya, toxic relationship lalu menjurus ke terjadinya kekerasan oleh salah satu pihak, baik itu dilakukan secara fisik, seksual, psikologis, atau finansial. Kekerasan tersebut biasanya adalah pola perilaku yang digunakan untuk mempertahankan kekuasaan dan kontrol terhadap pihak yang lain. Kekerasan Oleh Pasangan
Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia dari 10.847 kasus kekerasan pada perempuan pada tahun 2018, baik itu berupa fisik, psikologis atau seksual, 2.090 pelakunya adalah pacar.
Kekerasan memang bisa terjadi pada berbagai jenis hubungan, dari pertemanan hingga keluarga, dan salah satu ranah kekerasan yang sering terjadi adalah dalam hubungan romantis atau pacaran. Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia dari 10.847 kasus kekerasan pada perempuan pada tahun 2018, baik itu berupa fisik, psikologis atau seksual, 2.090 pelakunya adalah pacar.Kekerasan Emosional Juga Adalah Bentuk Kekerasan
KALMers mungkin berpikir kekerasan dalam hubungan romantis terjadi secara fisik. Tapi sebenarnya ada bentuk-bentuk yang lainnya. Contohnya adalah pelecehan emosional. Contoh-contoh pelecehan emosional yang bisa dilakukan oleh pasangan adalah:
- Suka mempermalukanmu di depan umum secara sengaja
- Melarang kamu untuk berbicara atau berhubungan dengan teman atau keluarga
- Suka mengata-ngatai dan merendahkanmu
- Mengancam untuk bunuh diri apabila kamu memutuskan hubungan dengannya
- Mengancam untuk menyakiti teman atau keluargamu
- Menyalahkanmu untuk tingkah laku atau kebiasaan buruk mereka.
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
Bukan hanya itu KALMers. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga juga, ternyata ada efek samping merugikan lainnya yang akan dirasakan apabila KALMers mengalami kekerasan dalam hubungan, yaitu:
- Lebih rentan terkena darah tinggi, sakit jantung, dan obesitas
- Lebih sulit untuk kembali membangun hubungan romantis dengan orang lain
- Memiliki resiko lebih tinggi dalam penyalahgunaan zat dan mengalami gangguan makan
- Memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami depresi atau gangguan mental lainnya
- Resiko self-harm dan bunuh diri meningkat jauh lebih tinggi
Apakah Itu Kamu?
Perasaan lelah ketika harus berinteraksi dengan pasangan tersebut
Sekarang KALMers tahu, kan, seberapa besar kekerasan dalam pacaran dapat mengancam kondisi fisik maupun emosional? Maka dari itu KALMers harus tahu, apa sih tanda-tanda kita atau orang terdekat sedang terjebak dalam hubungan yang toxic?
- Ada usaha intimidasi yang lalu berujung pada pemaksaan kehendak atau upaya mengontrol yang berlebihan
- Ada upaya untuk menyakiti yang berujung pada kekerasan atau pelecehan fisik
- Adanya usaha untuk menyakiti secara psikologis - dengan rasa cemburu tak berdasar atau justru lewat perselingkuhan
- Dalam konflik, pasangan tersebut tidak dapat mengendalikan emosi dan terkesan meledak-ledak
- Pasangan tersebut tidak memperdulikan hak dan batasan-batasan yang ada
- Perasaan lelah ketika harus berinteraksi dengan pasangan tersebut
KALM di Sini Untukmu
Janganlah ragu untuk memulai konseling dengan seorang Kalmselor. Mereka bisa memandu dan bahkan membantumu membuat safety plan atau rencana keselamatan apabila kamu memang membutuhkannya.
Kami harap sekarang KALMers sudah memahami bahwa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat hanya akan banyak merugikan, bahkan membahayakan dirimu sendiri. Jadi sekarang adalah saatnya KALMers memilih untuk bertahan atau meninggalkan hubungan tersebut. Mungkin ada di antara kamu yang sebenarnya ingin meninggalkan hubungan tersebut namun tidak tahu caranya atau harus mulai dari mana. Mungkin juga kamu merasa takut apa yang bisa terjadi kepadamu apabila benar kamu meninggalkan mereka. Apabila ini yang kamu rasakan, janganlah ragu untuk memulai konseling dengan seorang Kalmselor. Mereka bisa memandu dan bahkan membantumu membuat safety plan atau rencana keselamatan apabila kamu memang membutuhkannya. Ingat, KALMersTerkadang untuk menjaga keutuhanmu sendiri kamu harus mengizinkan dirimu untuk pergi. Meskipun meremukkan hatimu adalah harga agar kamu bisa bernafas lagi (Evin Harson).
Penulis: Andi Novianti Rukmana
Sumber:Helwig et all (2008) Risk perception of dating violence among collage women, Journal of social and clinical Psychology, New york, Vol 27.Loveisrespect.orghttps://www.psychologytoday.com/us/blog/towards-recovery/201709/toxic-relationshipshttps://www.singerpistiner.com/risks-staying-abusive-relationship/https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1669/waspada-bahaya-kekerasan-dalam-pacaranhttps://tirto.id/dilema-hubungan-cinta-sebelum-menikah-bGQ9