Marah: Sarana Untuk Perubahan

Description
Marah: Dirasakan ketika kita menganggap bahwa diri kita sedang diserang, diancam, atau diperlakukan dengan tidak adil.

Variasi: kesal, tidak sabar, geram

Kelebihan: Membantu kita lebih mengenal Batasan diri, dapat mendorong kita untuk mencari solusi dari konflik interpersonal

Kerugian: Jika tidak terkendali dapat diekspresikan secara agresif, dapat membuat kita memilih keputusan yang irasional, tidak baik untuk kesehatan jantung dan tensi darah.

Fight or Flight


KALMers, kamu pernah merasa marah banget, tidak? Sampai nafasmu terasa pendek dan cepat, tanganmu gemetar dan kamu serasa siap berkelahi?

Atau mungkin, kamu pernah merasa marah karena ketidakadilan yang terjadi di kantor, di rumah, ataupun online. Satu-satu hal yang dalam pikiranmu adalah alasan-alasan kenapa kamu benar dan mereka salah!

Seperti semua emosi kita yang lain, emosi marah adalah suatu respons psikologis terhadap sebuah pengalaman. Lebih tepatnya, marah adalah respons ketika kita merasa diserang, diancam, atau diperlakukan dengan tidak adil.

Hasilnya? Tindakan tubuh kita langsung masuk mode Fight or Flight. Berkelahi, atau melarikan diri.

Emosi marah adalah salah satu emosi terkuat dan bermanfaat jika kita mengerti bagaimana menanggapi dan memprosesnya dengan lebih baik. Lagipula, insting berkelahi yang datang dari rasa marah adalah dorongan atau motivasi fisik, mental, dan emosional yang luar biasa.

Tetapi, kenapa sih banyak orang marah pada saat-saat ketika tidak ada situasi yang mengancam mereka? Dan mereka malah akhirnya memperlakukan orang lain dengan tidak adil?

KALMers, kalau kamu pernah mengalami pelampiasan rasa marah atau frustasi seseorang secara tiba-tiba, kamu pasti tahu betapa tidak enaknya pengalaman tersebut!

Beragam Pemicu Kemarahan


Sebenarnya, karena kita manusia, kita semua punya alasan-alasan berbeda untuk merasa marah.

Ini beberapa contoh:

  • Pengalaman Formatif - Mungkin kamu dulu sering dilakukan dengan tidak adil oleh kakakmu yang terus menerus mencuri makanan dari piringmu. Nah, setiap kali ada yang ambil makanan dari piringmu, langsung, deh, marahnya keluar!

  • Pemendaman Perasaan Jangka Panjang - Mungkin kamu sudah berusaha memendam semua perasaan marah terhadap bosmu selama bertahun-tahun, dan tiba-tiba keluar, dilampiaskan kepada anak buah baru yang sifatnya mirip sekali dengan bosmu itu!

  • Cara Berkomunikasi - Mungkin sejak kecil, mengekspresikan pendapat dengan marah-marah adalah cara paling pasti kamu akan didengar. Untuk kamu, marah-marah adalah suatu undangan untuk mengenal satu sama lain lebih baik, untuk mendalami hubungannya.

  • Ingin Punya Kendali - Mungkin, ada area-area di hidup kamu yang terasa tidak terkontrol, maka di area dimana kamu dapat mengekspresikan diri dengan bebas, marah-marah membuat kamu dapat mengambil kendali situasi.

  • Depresi/Anxiety - Diagnosa ini dapat mengakibatkan marah-marah yang terasa tanpa sebab, yang muncul entah dari mana.


Sebagai manusia dengan banyak pengalaman, ingatan, dan ajaran - kita juga mencontoh orang tua, teman, role model, dan orang-orang lain disekitar kita. Semua itu menjadi campuran kebiasaan dan picuan yang sulit diprediksi.

KALMers, dengan mempelajari picuan kita masing-masing, kita bisa membuat emosi marah kita menjadi alat konstruktif daripada sekedar perasaan agresif.

Marah yang Agresif vs. Marah Yang Positif


KALMers, ada cara untuk menggunakan emosi marah ini untuk menjadi alat perubahan baik dalam hidup kita. Seperti semua emosi kita, emosi marah adalah respons yang sehat dan unik.

Ini emosi satu-satunya yang bisa memicu kita untuk bertindak melawan rintangan dan ketidakadilan, untuk mengetahui rasa benar dan salah. Ini emosi yang dapat mendorong kita mencari solusi konflik interpersonal.

Ini cara membuat emosi marahmu berubah dari kebiasaan yang agresif menjadi kebiasaan produktif:

  1. Bukan Menggerutu, Tapi Mencari Tahu - Daripada kita venting kemarahan kita, lebih baik kita belajar tentang diri kita sendiri. Tanyalah: kenapa saya marah? Apa yang saya rasa tidak adil? Apa yang membuat saya merasa terancam? Ada sebuah studi yang mengatakan bahwa mengeluh ke teman atau online tentang ketidakadilan bukanlah sesuatu yang menghilangkan marah, tetapi malah meningkatkan tingkah laku agresif.

  2. Bukan Memendam, Tapi Menjelaskan - Selain itu, kita harus bisa menjelaskan kemarahan kita kepada diri sendiri, daripada memendam semua uneg-uneg kamu. Agar diri kita sendiri mengerti situasi tersebut secara tepat - tidak secara basa-basi, dan tidak dengan melebih-lebihkan atau meremehkan.

  3. Bukan Melampiaskan, Tapi Melakukan Tindakan - Apakah setelah itu kita harus memastikan bahwa siapapun yang tidak adil terhadap kita harus mengerti panjang lebarnya kemarahan kita? Pertimbangkan dahulu siapa individu yang melukaimu! Tergantung hubungan kita dengan yang melukai, individu tersebut tidak selalu siap atau bisa menerima kekurangannya. Maka dari itu, berpikirlah dengan kreatif! Adakah jalan yang dapat memperbaiki kesalahan atau ketidakadilan itu? Apakah ini masalah sistemis? Dapatkah kamu mengubah sudut pandang mereka dengan memberikan contoh yang lebih baik?

  4. Bukan Menyalahkan, Tapi Mempersatukan - Jika kita menganggap semua yang melukai kita sebagai penjahat, kita lupa bahwa mereka juga punya kekuatan dan tanggung jawab untuk berubah. Sekaligus sebaliknya, jangan lupa kita pun punya banyak kesalahan dan kelemahan - dan kita pun juga mempunyai kekuatan untuk berubah. Maka itu, daripada menyalahkan satu sama lain, mari kita mengajak satu sama lain untuk selalu menjadi lebih baik!


Catatan: Terkadang kita merasa terlalu marah untuk bahkan bisa melakukan hal-hal diatas. Disaat kita harus meredakan amarah kita terlebih dahulu, salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan menenangkan diri kita sendiri lewat Self KALM: Meredakan Amarah atau konseling lewat aplikasi KALM.

Keadilan, Kebenaran, Hidup Lebih Baik


KALMers, perlu kita ketahui bahwa rasa marah tidak selalu harus membawa kita ke kelakuan yang agresif. Marah dapat memotivasi kita memperjuangkan hal yang baik.

Contohnya, ketika seseorang memperjuangkan hak-hak perempuan untuk dapat mengenyam pendidikan atau ketika seseorang melawan eksploitasi anak-anak.

Apa ini datang dari emosi senang? Tidak! Tindakan-tindakan tersebut lahir dari perasaan tidak sabar, kesal, atau marah tentang situasi yang tidak sepatutnya terjadi kepada orang lain - itu semua lahir dari rasa marah.

Jadi, belum tentu rasa marah yang harus dihilangkan pada diri kita sendiri, namun bagaimana kita bisa mengarahkan rasa marah itu untuk tindakan dan gerakan yang membangun satu sama lain.

KALMers, ayo terus berjuang mengenali emosi marahmu ya! Agar kekuatan itu dapat kita arahkan untuk membangun hidup yang lebih baik untuk semua orang!

Penulis: Evannia Handoyo

Sumber:

https://www.psychologytoday.com/us/blog/unique-everybody-else/201303/internet-ranting-and-the-myth-catharsis?collection=163107

https://www.spring.org.uk/2012/03/the-upside-of-anger-6-psychological-benefits-of-getting-mad.php

https://www.psychologytoday.com/us/blog/evolution-the-self/201405/the-rarely-recognized-upside-anger?collection=163107

https://psychcentral.com/blog/angry-all-the-time-for-no-reason-this-might-be-why/

https://www.psychologytoday.com/us/blog/evil-deeds/200901/the-primacy-anger-problems?collection=163107

https://www.bustle.com/p/why-am-i-mad-for-no-reason-7-common-causes-of-rage-attacks-5533132

Baca Artikel Lainnya

Temukan topik yang sesuai denganmu

Ikuti update artikel psikologi dari KALM