Apakah konflik pasangan semakin sering terjadi padamu pada masa-masa pandemic saat ini, KALMers?
Ketika pasangan dalam keseharian punya kesibukan masing-masing, entah salah satu atau keduanya bekerja di luar rumah, atau masing-masing punya jadwal yang padat, kadang kala ada rasa rindu serasa masih seperti masa-masa PDKT. Saat-saat ketika akhirnya mereka bisa melewatkan waktu berdua saja menjadi sesuatu yang dirindukan.
Tetapi, setelah sudah sebulan lebih WFH dan harus #dirumahaja, apakah kita masih bisa menjaga keromantisan yang sebelumnya? Memang pandemi Covid-19 ini telah banyak mengubah kehidupan masyarakat. Lalu bagaimana dengan hubungan bersama pasangan kita di tengah masa pandemi ini? Apakah perubahan ini telah meningkatkan konflik pasangan?
Alasan Konflik Pasangan #1: Suntuk yang Meningkatkan Stres
Seseorang yang biasa bekerja dengan aktif di luar rumah, ketika mendadak dia harus di dalam rumah saja, tentu akan memunculkan tekanan stres tersendiri. Apabila kita tidak cepat mengakui atau bahkan menyadari tekanan stres itu maka akan bisa muncul letupan-letupan emosi yang menyebabkan konflik yang tidak diperlukan antar pasangan.
Segala bentuk perubahan bisa menyebabkan gejolak dalam diri kita. Ini merupakan respon yang sangat normal dan bisa dimengerti. Lalu apa yang lalu harus kita lakukan agar gejolak ini tidak menyebabkan konflik pasangan yang tidak diperlukan? Yuk, belajar memahami diri sendiri terlebih dahulu. Identifikasi perasaan-perasaan yang sedang kita rasakan, saya sedang merasa kesal dan jenuh, atau, saya merasa marah dan terkekang.
Ketika kita bisa memahami perasaan-perasaan kita sendiri, maka akan lebih mudah untuk bisa meregulasi perasaan tersebut. Bukankah rasa suntuk, bosan, jenuh, adalah rasa yang muncul dari kepala, dari pikiran. Maka seharusnya, kemampuan berpikir dengan logis juga dapat membantu untuk meregulasi emosi kita. Ketika kita sama-sama bisa mengatakan, Tidak, kepada ekspresi suntuk dan bosan ego kita yang berlebihan, kita bisa mengelola konflik pasangan yang kita hadapi dengan lebih baik lagi. Bercakap-cakaplah dengan dirimu sendiri; katakan kepadanya, Aku merasa jenuh tapi mungkin ini adalah kesempatan untuk bisa mencoba sesuatu yang baru, atau, Aku bukannya terkekang di rumah tapi aman di rumah.
Alasan Konflik Pasangan #2: Sering Bertemu, Sering Berantem
Frekuensi perjumpaan yang pernah dirindukan banyak orang, tiba-tiba sekarang malah menjadi pemicu pertengkaran. Terlalu sering bersama dalam suasana pandemik tanpa disadari dapat memicu rasa tidak tenang atau tidak nyaman yang lalu kita bisa lampiaskan kepada pasangan. Tidak semua orang bisa mengungkapkan kecemasannya, kekuatirannya. Namun, ketidakmampuan ini bisa menyebabkan kesalahpahaman yang berujung pada konflik pasangan yang tidak berujung. Maka dalam situasi seperti ini, ada baiknya untuk sering memastikan apakah yang ada di dalam pikiran kita sama dengan yang dirasakan oleh pasangan kita.
Apa yang bisa kita lakukan? Kesampingkan waktu khusus berdua untuk membicarakan perasaan masing-masing. Jika kita merasa tidak paham tentang apa yang dirasakan pasangan kita, maka kita boleh menanyakannya dengan cara yang penuh cinta, "Apakah kamu merasa capek? Atau sedih? Atau marah?" Atau kamu bisa menanyakan, "Apa ada hal yang aku lakukan yang kamu tidak suka?"
Penting ketika berkomunikasi di masa saat ini untuk kita bisa bicara dengan cinta, mendengar dengan cinta, merasa dengan cinta. Di hadapan kita adalah orang yang harusnya kita paling cintai. Dia butuh dipeluk bukan diberi punggung. Dia butuh diberi senyum, bukan tatapan sinis. Dia butuh kalimat yang positif, bukan kecaman. Cinta mungkin terkadang merasa lelah untuk mencintai, tetapi pada saat inilah justru kita perlu memupuk dan mengairi cinta kita.
Alasan Konflik Pasangan #3: Pemasukan Berhenti, Pengeluaran Berlari
Masalah uang memang bisa menjadi pandemi kedua dalam rumah. Karenanya kita perlu mengintat bahwa kita tidak sendiri mengalami kesulitan keuangan ini. Seluruh dunia sedang mengalaminya. Tidak ada yang perlu disalahka, tapi krisis ini harus dihadapi dengan komitmen untuk tetap saling mendukung satu sama lain.
Tapi coba kita bayangkan, sudah uang tidak ada, pertengkarang makin menjadi dengan pasangan. Lalu di mana letak kebahagiaan dalam hubungan kita? Lagi, sekarang ini yang dibutuhkan adalah bersabar dalam kesesakan. Bukankah pasangan ada untuk saling menopang dan menguatkan? Terlebih dalam masa yang menyusahkan seperti sekarang ini. Bicarakan lagi soal keuangan dengan kepala dingin. Kemungkinan-kemungkinan apa saja yang bisa ditempuh. Bagaimana menyusun ulang pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga. Apabila sebelumnya kamu belum pernah melakukannya bersama-sama, mungkin sekarang adalah waktu terbaik untuk mencobanya.
Ini saatnya cinta kita sedang diuji. Apakah hubungan kita dikendalikan oleh uang? Atau justru kita bisa bersama-sama duduk, mengatur, dan mengambil keputusan terbaik tentang keuangan sebagai ekspresi cinta kita kepada satu sama lain? Cinta tidak bisa bisa dimakan tapi cinta bisa jadi motivasi terkuat kita untuk bisa berkomitmen, berkorban, dan berkarya agar bisa menemukan jalan keluar dari peliknya situasi.
Temukan Imunitas di Tengah Pandemik Covid-19
Marilah kita sama-sama berusaha agar konflik pasangan yang terjadi di masa-masa pandemi ini menjadi bukti lemahnya hubungan kita dengan pasangan. Justru ini adalah kesempatan besar bagi setiap pasangan untuk mensyukuri cinta mereka. Imunitas terbaik di tengah situasi sekarang adalah kemampuan untuk mengelola emosi negatif menjadi positif. Saat ada hal kecil yang membuat emosi kita tidak terkontrol, maka segera belajar untuk menghentikannya. Jangan teruskan. Emosi negatif jika diberi ruang terlalu banyak, akan merusak semua hal baik.
Vaksinasi terbaik dalam situasi sekarang agar hubungan bersama dengan pasangan tetap terjaga baik adalah bersama-sama saling melengkapi untuk menciptakan suasana rumah menjadi seru. Sedih diubah menjadi hal yang ringan. Kecemasan diubah menjadi situasi yang lucu. Hal seberat apapun kita bawa dengan santai asalkan tetap berdua. Selalu ada kekuatan yang berlipat melewati masa sulit ini apabila kita menghadapinya bersama-sama. Pasangan kita adalah kekuatan hidup kita.
Jika memang kamu dan pasangan ada dalam kebuntuan komunikasi, sepakatlah untuk mencari penengah. Tentunya penengah haruslah orang yang netral dan kompeten. Bukan anggota salah satu pihak keluarga, karena ini bisa malah memperkeruh keadaan. Apabila dibutuhkan, jangan ragu untuk menggunakan layanan konselor professional. Mengapa kita harus ragu untuk berinvestasi kedalam salah satu hubungan paling penting di hidup kita? Kamu juga bisa menggunakan layanan konseling online lewat aplikasi KALM (tersedia di Apple App Store
link dan Playstore
link).
Bersyukurlah Senantiasa
Sesulit apapun keadaan kita saat ini, syukuri bahwa kita bisa melaluinya bersama pasangan. Seberat apapun beban kita, syukuri kita tidak perlu menopangnya sendirian. Sepahit apapun kenyataan, syukuri bahwa kita bisa menjadi pemanis hidup satu sama lain. Ingat, kita tidak pernah tahu sampai kapan kita diberi waktu dengan pasangan kita. Jadi buat apa kita menyia-nyiakan waktu yang berharga ini?
Tetap semangat ya, KALMers!
Catatan: KALM tahu bahwa terkadang kita bisa terjebak dalam sebuah hubungan yang toxic atau dalam hubungan dengan kekerasan. Masukan dan isi artikel ini bukan ditujukan untukmu. Segera cari bantuan dari orang terdekat yang kamu percayai atau hubungi Komnas Perempuan (62-21-3903963).Apabila kamu tidak yakin apabila kamu memang ada di dalam hubungan toxic atau tidak, kamu bisa membaca artikel KALM tentang kekerasan dalam hubungan di sini atau kamu bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan seorang Kalmselor melalui aplikasi KALM.Penulis: Dr. Rini Handayani S.Si., M.Pd.K, P.C.
Editor: Lukas Limanjaya