Pada tanggal 27 Mei 2021 lalu, Co-founder KALM, Karina Negara, berkesempatan menjadi pembicara di acara Webinar yang diselenggarakan oleh OVO Indonesia (OVO). OVO sendiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang layanan keuangan digital di Indonesia. Bersama OVO, kali ini KALM membahas mengenai busy life, produktivitas, dan juga manajemen stress. Nah, di Part 1 ini kita akan fokus pada pembahasan busy life dan produktivitas dulu, ya, KALMers.
Kita seringkali menyalahpahami hubungan kesibukan dan produktivitas. Kita sering berpikir menjadi semakin sibuk berarti kita sedang menjadi produktif. Bukankah sibuk berarti sedang mengerjakan banyak hal? Semakin sibuk, semakin produktif, semakin baik. Namun benarkah begitu KALMers? Berikut rangkuman Webinar KALM X OVO Part 1, yuk disimak!
Pernahkah KALMers mendengar istilah pre-krastinasi dan prokrastinasi? Pre-krastinasi adalah sebutan untuk orang yang selalu mengerjakan pekerjaan secepat mungkin. Ia merasa harus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan dari jauh-jauh hari agar dapat lalu berlanjut mengerjakan pekerjaan atau kesibukan lain ASAP! Yang penting cepat dan selesai! Sedangkan berlawanan dengan pre-krastinasi, seorang prokrastinator akan berusaha untuk menyibukkan diri dengan mengerjakan hal-hal lain untuk menghindari pekerjaan utamanya. Ia baru akan mulai mengerjakannya ketika deadline sudah di depan mata.
Sama-sama sibuk namun ternyata keduanya kemungkinan besar tidak produktif, lho! Mengapa demikian?
Karina mengatakan bahwa sibuk yang produktif adalah ketika seseorang mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menyelesaikan pekerjaan utama (berdasarkan prioritas) dengan kualitas yang optimal dan kuantitas yang sesuai target. Seorang pre atau prokrastinator tentunya sulit memenuhi definisi produktif tersebut karena mereka mengerjakan pekerjaan bukan karena fokus pada kualitas dan kuantitas, melainkan rasa cemas. Pre-krastinator cemas memikirkan pekerjaan-pekerjaan yang harus ia kerjakan selanjutnya selain pekerjaan utama dan prokrastinator cemas memikirkan pekerjaan utamanya yang belum diselesaikan sambil menyibukkan diri dengan pekerjaan lain.
Keduanya tentu saja tidak bisa dibilang produktif. Lalu bagaimana cara untuk mencegah pre atau prokrastinasi dan tetap menjadi produktif? Berikut Tipsnya!
Untuk menjaga produktivitas, Karina Negara membagikan tips sederhana yaitu dengan membuat To-Do list hal-hal yang harus dikerjakan secara spesifik. Jangan tulis hasil atau goal yang harus dicapai, melainkan step by step yang dapat dilakukan dalam porsi harian, “Mencicil, istilahnya, jadi bukan hasil akhir yang ditulis,” kata Karina. Dengan mencicil kita akan bisa fokus menyelesaikan satu per satu bagian kecil untuk mencapai tujuan sehingga pekerjaan menjadi terasa lebih ringan dan tentunya mudah diselesaikan.
Hal yang penting namun sering diabaikan oleh para penganut teori Hustle Culture adalah delegasi tugas. Mengapa? Mereka berpikir bahwa semakin sibuk maka berarti mereka semakin produktif. Oleh karena itu mereka ingin menyelesaikan segala pekerjaan seorang diri. Padahal pada kenyataannya hal ini justru membuat hasil pekerjaan menjadi tidak efektif dan tidak dapat dilakukan secara efisien. Delegasikan tugas-tugas yang bisa didelegasikan agar beban pekerjaan dapat dibagi sehingga tidak ditanggung seorang diri.
Keinginan untuk selalu menjadi produktif seringkali membuat kita melupakan istirahat. Istirahat hanya menjadi sebuah reward ketika kita sudah menyelesaikan suatu pekerjaan. Padahal layaknya sebuah mesin, otak kita jika digunakan terus menerus tanpa henti akhirnya akan lelah juga atau burnout. Untuk itu penting untuk menyelingi setiap pekerjaan dengan istirahat. Istirahat dalam hal ini tidak hanya tidur. Lakukan sesuatu yang membuatmu kembali refresh, rileks, dan berenergi. Menonton film atau olahraga misalnya. Jika perlu, tambahkan poin istirahat dalam To-Do List-mu agar kamu tidak melewatkannya.
Nah, jadi begitu KALMers. Menjadi sibuk belum tentu produktif, dan menjadi produktif tetap dapat dilakukan dengan cara yang sehat.
Jika KALMers masih merasa kesulitan dalam menyeimbangkan pekerjaan dan istirahat, serta butuh berdiskusi dan berkonsultasi dengan professional, download Aplikasi KALM (link). Disana KALMers dapat berkonsultasi dengan para Kalmselor (list para Kalmselor bisa dilihat di link ini) yang siap membantu.
Penulis: Rachma Fitrianing Lestari
Editor: Lukas Limanjaya