Pada hari Minggu, 25 Juli 2021 kemarin Co-Founder KALM, Karina Negara berkesempatan menyampaikan Webinar Parenting untuk Tanoto Scholars Association ITB (TSA ITB). Webinar dengan tema “Bagaimana Cara Mendidik Anak yang Baik di Masa Pandemi demi Menjaga Mental dan Menunjang Pendidikan Anak,” ini ditujukan untuk orang tua murid SDN 03 Plesiran. Acara ini merupakan lanjutan dari Program Study Buddy yang digagas oleh TSA ITB.
Pada acara yang berlangsung kurang lebih satu setengah jam ini Karina Negara mengajak orang tua murid untuk berdiskusi mengenai Model Parenting Anak Gen-Z. Berfokus pada masalah-masalah yang dihadapi dalam mendidik anak ‘zaman now’, Karina berusaha menyajikan berbagai sudut pandang baru. Ia juga menyampaikan tips yang menurutnya harus diketahui orang tua agar berhasil mendidik anak tanpa drama. Apa sajakah itu? KALM di sini akan membahasnya sedikit, disimak ya KALMers!
Sebelum memahami kebutuhan anak, bukankah lebih baik bagi orang tua untuk memahami kebutuhan mereka sendiri terlebih dulu? Tahukah KALMers bahwa kebutuhan untuk didengarkan, dihargai, diterima dan disayang, serta memaafkan dan dimanfaatkan nyatanya adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Dengan memahami kebutuhan ini, kita akan lebih mudah merefleksikan kebutuhan tersebut pada anak. Misalnya, sesederhana jika kita sebagai orang tua berbuat salah, maka kita sebenarnya butuh untuk meminta maaf kepada anak. Hal ini akan mengajarkan anak untuk bisa memberi dan meminta maaf. Terdengar sepele, ya? Namun penting.
KALM Moms and Dads disini tipe orang tua seperti apa? Tipe ‘Semua boleh’ atau ‘semua nggak boleh’? Anak-anak terutama di usia Sekolah Dasar sebetulnya sedang berada pada fase senang mencoba hal baru. Mereka akan senang jika apa yang mereka lakukan mendapat apresiasi dan pengakuan. Dalam hal ini orang tua tidak seharusnya membatasi kreativitas mereka dengan berbagai macam larangan. Daripada hanya melarang, bagaimana jika mencoba membantu, mendampingi, dan berproses bersama mereka?
Cara berkomunikasi dengan anak adalah aspek yang penting. Perlu diingat, ketika berbicara dengan anak, orang tua wajib menyesuaikan diri dengan cara berpikir mereka. Misalkan, gunakan model komunikasi “Jika-Maka” dan dengan contoh konkret dan nyata saat berbicara dengan anak usia 7-11 tahun atau model komunikasi diskusi dua arah untuk anak usia remaja.
Pemahaman emosi dan validasi nyatanya tidak hanya penting untuk meningkatkan self-awareness KALMers! Ini juga aspek penting dalam mendidik anak. Ketika anak sedang rewel atau ngambek, alih-alih memarahinya coba validasi dengan menanyakan apa yang ia rasakan. Ucapan sederhana seperti, “Kamu sedih ya karena nggak bisa ketemu teman-teman?” atau, “Kamu marah ya karena ibu suruh berhenti main?” selain membuat orang tua paham kondisi emosional anak juga membantu memenuhi kebutuhan anak untuk didengarkan.
Itulah tips yang KALM rangkum dari Webinar Parenting untuk TSA ITB. Jika KALMers memiliki komunitas atau organisasi yang ingin bekerja sama dengan KALM berkaitan dengan pelayanan Kesehatan Mental, kamu bisa hubungi e-mail [email protected] atau lewat media sosial KALM! Layanan KALMporate siap menjadi partner Kesehatan Mentalmu (Lihat halaman ini untuk lebih tahu soal layanan KALMporate kami).
Penulis: Rachma Fitrianing Lestari
Editor: Lukas Limanjaya