Apakah KALMers pernah dengar soal Internalized Misogyny?
KALMers menemui postingan-postingan seperti, “Me VS Other Girls” atau “Normal Girls VS Me” di media sosial? Atau justru menemui obrolan-obrolan seperti, “Perempuan itu harus anggun, kamu kok banyak tingkah banget sih….,” dalam kehidupan sehari-hari?
Di saat para perempuan di seluruh dunia sedang memperjuangkan haknya dengan kampanye “Gender Equality and Women’s Empowerment” ternyata ada lho beberapa perempuan yang justru berperilaku bertolak belakang. Contohnya adalah beberapa hal di atas. Perempuan yang seharusnya saling mendukung tak jarang justru saling merendah, mempermalukan, dan menjatuhkan. Mereka menolak dianggap sama dengan perempuan lainnya. Kok bisa ya?
Apa, sih, Internalized Misogyny itu? Internalized berarti proses internalisasi atau pemasukan suatu nilai tertentu pada diri seseorang yang dapat membentuk pola pikir baru. Sedangkan Misogyny sendiri adalah istilah yang menggambarkan kebencian terhadap perempuan. Jadi Internalized Misogyny pada dasarnya adalah cara untuk menggambarkan bahwa perempuan pun juga bisa bersikap seksis dan saling membenci sesama perempuan.
Internalized misogyny ini muncul dalam banyak hal, termasuk mengatakan hal-hal yang merendahkan perempuan lain atau meragukan kemampuan diri sendiri hanya karena kamu adalah seorang perempuan.
Fenomena seperti internalized misogyny biasanya terjadi di dalam masyarakat dengan budaya patriarki yang tidak sehat. Budaya yang menganggap laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding perempuan secara tidak langsung memberikan stereotip dan standar abstrak pada perempuan. Perempuan tak jarang dianggap sebagai individu yang lemah, terlalu emosional, dan tidak cerdas. Keberhargaan diri perempuan pun akhirnya bergantung pada bagaimana masyarakat, terkhusus laki-laki, menilai diri mereka. Akibatnya perempuan akhirnya secara tidak sadar memproyeksikan stereotip itu ke perempuan lain, dan bahkan diri mereka sendiri.
Misogyny ini secara tidak sadar terinternalisasi ke dalam diri perempuan hingga menyebabkan rasa inferior/rendah diri. Inferioritas inilah yang membuat perempuan saling menyerang dan merendahkan untuk merasa berharga.
Banyak perempuan mungkin secara tidak sadar melakukan Internalized Misogyny. Biasanya dari mereka yang tumbuh besar di lingkungan dengan stereotip gender yang kuat. Di dalam keluarga, masyarakat, institusi, agama, media populer, atau media sosial. Oleh karena itu penting untuk menyadari tanda-tanda dari Internalized Misogyny ini. Berikut adalah bentuk-bentuk Internalized Misogyny yang mungkin tidak kamu sadari:
Perempuan sepantasnya menyadari bahwa kita berada dalam masalah yang sama. Alih-alih saling menghina dan merendahkan, kita semua seharusnya terus saling menghargai individualitas dan keunikan masing-masing. Yuk, sama-sama saling dukung satu sama lain untuk mencapai kesetaraan gender yang sesungguhnya.
KALMers jika kamu merasa kondisi kesehatan mentalmu sedang tidak baik-baik saja, jangan ragu untuk melakukan konseling dengan Kalmselor di Aplikasi KALM! Kamu dapat mengunduhnya di sini! KALM ada, kapan pun dan dimana pun karena #KamuPerluCerita
Baca juga artikel Cinderella Complex… Apa Itu? untuk tahu fenomena lain yang mungkin terjadi pada seorang perempuan.
Penulis: Rachma Fitrianing Lestari
Editor: Lukas Limanjaya
Sumber:
Dameron, E. (2021, April 16). Internalized misogyny: ‘pick-me girls’ and introspection. VOXATL. Retrieved from: https://voxatl.org/internalized-misogyny-pick-me-girls-and-introspection/
Ni, P. (2020, May 17). 10 signs of internalized sexism and gaslighting. Psychology Today. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/us/blog/communication-success/202005/10-signs-internalized-sexism-and-gaslighting