KALMers tau istilah People Pleaser nggak? Atau jangan-jangan kamu adalah salah satunya?
Jadi KALMers, People Pleaser adalah istilah untuk menggambarkan orang-orang yang hidup untuk menyenangkan orang lain. Mereka akan melakukan apapun, hingga merelakan kebutuhan pribadinya hanya untuk melayani atau membuat orang lain bahagia. Hal ini mereka lakukan semata-mata agar dapat diterima oleh orang-orang di sekitarnya.
Hmm… membantu orang lain mungkin adalah perilaku yang baik, tapi jangan sampai memberi dampak negatif ke diri sendiri, ya. Jika sampai membuatmu merasa dirugikan bisa jadi itu adalah tanda untuk berhenti sejenak dan mengoreksi diri, terlebih dahulu, lho!
Apa saja dampak negatif menjadi seorang People Pleaser dan bagaimana caranya untuk berhenti agar tidak merugikan diri? Simak artikel ini!
Kita semua paham jika peduli dan membantu orang lain adalah hal yang baik. Tapi, KALMers, jika hal ini dilakukan secara berlebihan hingga mengabaikan kebutuhan diri bisa malah merugikan diri sendiri dan orang lain, kan?
Berikut beberapa dampak negatif jika kita terlalu jadi People Pleaser:
Berusaha membuat orang lain bahagia terus itu capek ya, KALMers. Disadari atau tidak hal ini lambat-laun akan membuatmu kelelahan baik secara fisik dan emosi. Apalagi kalau sampai melupakan kebutuhan diri. Selain itu, pikiran seorang People Pleaser akan dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan seperti, “Bagaimana ya caranya supaya dia nggak marah?” atau, “Kayaknya aku harus bantu dia biar nggak bikin dia kecewa,” yang membuatnya diselimuti perasaan cemas.
Coba bayangkan ketika kamu sedang punya urusan pribadi tapi kemudian di saat yang sama kamu diminta membantu pekerjaan orang lain? Karena tidak sanggup menolak akhirnya urusan pribadimu terbengkalai, deh. Rasa marah karena urusan kita jadi tak terselesaikan dan frustrasi akibat kita tidak bisa menolak akan dominan muncul dalam diri. Padahal menahan marah bukanlah sesuatu hal yang baik untuk dilakukan. Bisa-bisa hal ini menjadi bom waktu yang siap meledak kapan pun.
Penelitian menunjukkan bahwa kemauan dan otonomi diri merupakan sumber daya yang terbatas. Jika kamu menggunakan sumber daya mentalmu hanya untuk membuat orang lain bahagia, artinya kamu hanya memiliki sumber daya sisa untuk dicurahkan pada kebutuhanmu sendiri. Selain itu, keinginan untuk disukai semua orang juga akan membuatmu kehilangan jati diri karena terlalu memaksakan diri dan menyembunyikan keinginan pribadi.
Lalu, bagaimana untuk berhenti jadi People Pleaser supaya hidup kamu tidak terus terbelenggu dalam kebahagiaan orang lain? Berikut tipsnya:
Penting untuk menetapkan batasan yang jelas dan mengomunikasikan batasan tersebut. Bersikaplah lebih jelas dan spesifik tentang apa yang kamu mau dan tidak. Jika kamu merasa seseorang memintamu terlalu banyak, beritahu mereka bahwa kamu sudah membantunya di luar batas kemampuanmu dan tidak bisa membantu lebih. Kamu tidak perlu merasa bersalah hanya untuk berkata, “Tidak,” KALMers.
Kenali dirimu lebih jauh untuk membuat skala prioritas. Pertimbangkan di mana kamu ingin menghabiskan waktu, apa tujuan yang ingin kamu capai, dan siapa saja yang ingin kamu bantu. Mengetahui prioritas dapat membantumu menentukan di mana kamu ingin mencurahkan waktu dan energi.
Ingatlah bahwa kamu tidak perlu membuat alasan untuk berkata “tidak.” Dengan menjelaskan mengapa kamu tidak bisa membantu kamu sebenarnya memberi kesempatan orang lain untuk memaksamu. Mereka akan menyesuaikan permintaannya untuk memastikan bahwa kamu masih dapat melakukan apa yang mereka minta. Membuat alasan juga hanya akan membuatmu merasa bersalah karena tidak bisa membantu.
Hubungan yang sehat akan melibatkan timbal balik. Jika kamu terus yang selalu memberi dan yang lain selalu menerima, itu tentu tidak baik dan bisa jadi toxic. Penting untuk diingat bahwa orang lain juga harus membalas apa yang sudah kamu lakukan.
Keluar dari belenggu orang lain memang tidak mudah, KALMers. Jika kamu sudah merasa kesulitan mengatasinya sendiri jangan ragu untuk berkonsultasi dengan professional, ya! Kamu dapat menceritakan kesulitan-kesulitan yang kamu alami kepada Kalmselor di Aplikasi KALM (unduh di sini!). Kalmselor akan membekalimu berbagai skills untuk membuat batasan yang sehat.
Jika ragu memulai konseling, kamu bisa membaca Tips Mengawali Cerita di Konseling Pertama dan Yuk, Mulai Konseling Pertamamu di KALM!!
Penulis: Rachma Fitria
Editor: Lukas Limanjaya
Sumber:
Cherry, K. (2021, September 03). How to stop being a People-Pleaser. Verywell Mind. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/how-to-stop-being-a-people-pleaser-5184412