Sama halnya dengan depresi, gangguan kecemasan saat ini menjadi gangguan kesehatan mental yang paling banyak diderita. Menurut WHO (2017) gangguan kecemasan merupakan salah satu gangguan mental yang memiliki prevalensi tertinggi di dunia. Di Indonesia pun tidak jauh berbeda kondisinya. Walaupun gangguan kecemasan ini menduduki posisi kedua sebagai gangguan jiwa yang paling diderita masyarakat Indonesia, tak banyak orang paham mengenai hal ini.
Untuk tahu lebih banyak mengenai gangguan kecemasan, yuk disimak artikel ini, KALMers!
Dalam kehidupan sehari-hari, sangat wajar bagi kita untuk merasa cemas. Cemas saat akan melaksanakan ujian, menghadapi wawancara kerja, atau saat akan harus melakukan presentasi di depan banyak orang. Merasa cemas ketika akan menghadapi hal-hal semacam itu bukan berarti kita punya gangguan kecemasan ya, KALMers.
Kecemasan pada dasarnya memang respons alami tubuh ketika kita menghadapi hal-hal yang tidak terduga dan dirasa berbahaya. Ini adalah cara tubuh kita untuk melindungi diri dari ancaman agar kita siap menghadapinya.
Namun, kecemasan ini bisa menjadi semakin parah dan dianggap sebagai gangguan ketika berlangsung secara terus-menerus hingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan akan merasakan kekhawatiran dan ketakutan intens yang tidak kunjung hilang dan justru bertambah parah seiring berjalannya waktu. Jika tidak ditangani hal ini bisa menurunkan kualitas hidup seseorang.
Menurut American Psychiatric Association, gangguan kecemasan dikategorikan dalam beberapa jenis, yaitu:
Dulu, Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) termasuk dalam gangguan kecemasan, namun saat ini komite DSM-5 sedang dalam diskusi untuk mengkategorikan ulang PTSD sebagai "Trauma and Stressor-related Disorder" bukan gangguan kecemasan lagi, KALMers. Begitu pula dengan gangguan Obsesif Kompulsif (OCD). Pada tahun 2013, DSM-5 telah memisahkan OCD dari gangguan kecemasan dengan menciptakan kategori baru, “Obsessive Compulsive and Related Disorders”.
KALMers, hingga saat ini tidak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan gangguan kecemasan. Namun para peneliti percaya bahwa ada berbagai faktor yang dapat memicu munculnya gangguan ini, termasuk genetika, lingkungan, tingkat stres, perubahan zat kimia dalam otak, dan trauma. Kemungkinan kombinasi genetik yang diturunkan dalam keluarga dan faktor lingkungan dapat menghasilkan gangguan ini. Selain itu, peneliti juga percaya bahwa area otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan rasa takut mungkin juga terpengaruh.
Gejala kecemasan dapat berbeda di setiap orang yang mengalaminya, tetapi ada beberapa gejala yang umum terjadi, seperti:
Selain gejala umum tersebut, beberapa orang terkadang juga mengalami mimpi buruk dan memiliki pikiran-pikiran negatif yang sulit dikendalikan.
Hanya ahli/profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater yang memiliki kewenangan untuk mendiagnosis gangguan kecemasan. Kamu bisa melakukan konsultasi dengan psikolog di Aplikasi KALM (unduh di sini!) jika merasakan gejala-gejala yang mengarah pada gangguan kecemasan, KALMers!
Kalmselor akan membantumu mengidentifikasi sumber kecemasanmu dan membantumu menanganinya. Kamu akan dibekali berbagai skills yang dapat membuatmu merasa tenang saat kecemasan itu muncul. Selain itu, kamu mungkin akan disarankan untuk melakukan Terapi perilaku kognitif (CBT) yang dapat membantumu mempelajari cara berpikir, bereaksi, dan berperilaku yang lebih adaptif untuk mengurangi kecemasan. Teknik manajemen stres dan meditasi juga dapat membantu.
Untuk mengetahui tingkat stres-mu, kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan pada KALM Quiz ini atau mencari tahu Bagaimana Mengelola Kecemasan Karena Coronavirus (Covid-19).
Sekian artikel tentang gangguan kecemasan, KALMers! Terus cek Aplikasi KALM-mu untuk update artikel-artikel terbaru KALM ya!
Penulis: Rachma Fitria
Editor: Lukas Limanjaya
Sumber:
American Psychiatric Association. (n.d). What are anxiety disorders? psychiatry.org. Retrieved from: https://www.psychiatry.org/patients-families/anxiety-disorders/what-are-anxiety-disorders
Falk, A., Goldman, R., Mohatt, J. (2020, June 13). Is it OCD or an anxiety disorder? Considerations for differential diagnosis and treatment. Psychiatric Times. Retrieved from: https://www.psychiatrictimes.com/view/it-ocd-or-anxiety-disorder-considerations-differential-diagnosis-and-treatment
Zoellner, L. A., Rothbaum, B. O., & Feeny, N. C. (2011). PTSD not an anxiety disorder? DSM committee proposal turns back the hands of time. Depression and anxiety, 28(10), 853.