Pernah nggak, sih, KALMers dibuat merasa bersalah oleh seseorang? Misalnya, kamu tidak bisa hadir ke acara ulang tahun temanmu karena ada jadwal rapat penting. Lalu ia berkata “Nggak ada yang ingin bertemu denganku. Kenapa aku repot-repot mengadakan acara? Percuma, kurasa aku lebih baik membatalkannya saja.” Akhirnya kamu terpaksa pergi ke acaranya dan meninggalkan rapat tersebut karena tidak ingin ia sedih. Hati-hati, KALMers bisa jadi kamu sedang di-guilt trip, lho!
Guilt trip merupakan perilaku manipulasi yang bertujuan untuk membuat orang lain merasa bersalah atas perilakunya. Hal ini bisa dilakukan dengan menekankan kesalahan yang telah orang lain lakukan atau justru membuat orang lain merasa bersalah atas hal yang sebenarnya tidak salah.
Baca juga: Hobi Curhat di Media Sosial, Hati-Hati Bahaya Oversharing! dan 5 Jenis Defense Mechanism yang Paling Sering Dilakukan (Part 1)
Apakah KALMers pernah mengalaminya juga? Yuk kita bahas lebih lanjut tanda-tanda, dampak, dan cara menghadapinya!
Terkadang perilakunya mudah dikenali, tetapi juga bisa dilakukan secara lebih halus dan sulit untuk dikenali. Beberapa tanda-tanda perilaku guilt trip yang dapat KALMers cermati:
Beberapa perilaku di atas bisa saja hanyalah respon alami seseorang ketika kurang puas terhadap situasi yang terjadi. Namun, KALMers perlu waspada jika ia mulai mengulang perilaku-perilaku ini.
Salah satu dampak paling berbahaya dari guilt trip adalah merusak hubungan. Tindakan yang tergolong manipulasi ini dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman pada korban. Korban jadi kehilangan kepercayaannya kepada pelaku karena rasa bersalah yang diterimanya. Alhasil hubungan keduanya menjadi rusak karena komunikasi dan kepercayaan yang menghilang.
Selain itu, guilt trip juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan mentalmu, lho! Gejala yang timbul yaitu kesedihan, penyesalan, ketegangan otot, hingga kesulitan untuk tidur. Terlalu sering merasa bersalah bahkan sering dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan mental, termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Ketika orang sedang membuatmu merasa bersalah, kamu perlu memastikan mereka tahu bahwa kamu memahami mereka. Memvalidasi emosi yang mereka rasakan dapat membantu mengurangi intensitas mereka dalam melakukan guilt trip, lho!
Kamu bisa mencoba menjelaskan pada mereka tentang rasa bersalah yang kamu rasakan akibat perkataan mereka. Sampaikan bahwa kamu kurang menyukai cara berinteraksi seperti itu. Sebaliknya, kamu lebih memilih cara berkomunikasi yang asertif dan terus terang.
Kamu bisa mencegah rasa bersalah yang berlebihan dengan cara membatasi diri dalam menuruti perkataan orang lain. Ingatkan dirimu untuk memberikan konsekuensi apabila mereka melintasi batas tersebut.
Jadi sekian penjelasan mengenai guilt trip ini, KALMers. Semoga, setelah membaca artikel ini, KALMers bisa memahami bahwa kita harus berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku terhadap orang lain. Jika kamu mengalami rasa bersalah atau kegelisahan yang cukup mengganggu, jangan ragu untuk menghubungi Kalmselor melalui aplikasi KALM (unduh di sini), ya. Yuk, bareng KALM mulai proses hal yang mengganggumu sebelum menjadi masalah yang serius di kemudian hari.
Penulis: Tanita
Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya
Sumber:
Cherry, K. (September 2021). What is a guilt triping? VeryWell Mind: https://www.verywellmind.com/what-is-a-guilt-trip-5192249
McDanal, R. (October 2021). How to protect yourself from a guilt tripping. Supportiv: https://www.supportiv.com/tools/how-to-protect-yourself-from-a-guilt-trip
Raypole, C. (July 2020). Think guilt-tripping isn’t a big deal? Think again. Healthline: https://www.healthline.com/health/relationships/guilt-trip